,

Begini Cara Nikotin Bereaksi Dalam Tubuh?

Rokok Salah Satu Penyebab Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa satu di antara tiga penderita hipertensi adalah perokok. Menderita penyakit hipertensi saja sudah dapat menghantarkan jaringan tubuh kita pada risiko penyakit yang lebih tinggi terhadap serangan jantung atau stroke.

Begini Cara Nikotin Bereaksi Dalam Tubuh?
Rokok Salah Satu Penyebab Hipertensi   Berdasarkan hasil penelitian Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa satu di antara tiga penderita hipertensi adalah perokok. Menderita penyakit hipertensi saja sudah dapat menghantarkan jaringan tubuh kita  pada risiko penyakit yang lebih tinggi terhadap serangan jantung atau stroke.

Apalagi  jika penderita hipertensi tersebut seorang yang perokok,  maka risiko  untuk mendapatkan penyakit kardiovaskuler menjadi 2-3 kali lipat besar kemungkinannya.  Penderita juga akan lebih berisiko 3-5 kali lebih besar untuk tewas akibat serangan jantung atau gagal jantung dibandingkan dengan yang tidak merokok.


http://klikfit.blogspot.com/2014/11/mau-berhenti-merokok-dengan-cepat-ini.html
Di samping itu kemungkinan untuk meninggal karena stroke meningkat lebih dari dua kali lipat. Itu semua merupakan hasil analisis medis dari hasil penelitian yang berulang-ulang, dengan tidak ada maksud untuk menakut-nakuti para perokok berat yang mengidap Hipertensi, kebijakan untuk berhenti merokok atau terus merokok sepenuhnya ada ditangan anda.

Bagaimana Nikotin Bereaksi Dalam Tubuh

Nikotin dalam tembakaulah yang merupakan  penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah isapan pertama. Seperti halnya zat-zat kimia yang lain,  dalam asap rokok nikotin akan diserap oleh pembuluh-pembuluh darah yang amat kecil yang ada di dalam paru-paru, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh oleh aliran darah. Hanya dalam hitungan  detik nikotin sudah mencapai  otak. Otak akan bereaksi terhadap nikotin masuk dalam otak dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin).

Hormon yang kuat ini akan bereaksi menyempitkan pembuluh darah, karena pembuluh darah otak menyempit maka akan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Jika pemompaan jantung cukup kuat, dan penyempitan pembuluh darah di otak akibat reaksi epinefrin juga cukup kuat, maka akan terjadi pembuluh darah otak menjadi pecah, ini yang akan menyebabkan stroke.

Di samping meningkatkan pelepasan adrenalin, rokok memberikan pengaruh lain yang merusak. Zat-zat kimia yang diserap dari asap rokok dapat mempengaruhi dinding dalam arteri sehingga lebih peka terhadap penumpukan lemak yang mengandung kolesterol (plak) yang menyebabkan arteri menjadi lebih sempit. Rokok juga memicu dilepasnya hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan. Kedua faktor ini yaitu penyempitan arteri dan penimbunan cairan dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah.


Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (ditulis 140/90) (Corwin, 2001).

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi disebut sebagai” silent killer” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Smeltzer dan Bare, 2002).

Berdasarkan data Lancet (dalam McMarthy, 2010), jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India, penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di China, 98,5 juta orang dan bakal jadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia, tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diperkirakan menjadi 67,4 juta orang tahun 2025.

Di Indonesia, mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi. Seseorang bisa menderita hipertensi tanpa merasakan gangguan atau gejalanya. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) (dalam McMarthy, 2010), dari 50% penderita hipertensi yang terdeteksi, hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% bisa diobati dengan baik.

Tercatat 90% atau lebih penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya sehingga hipertensi termasuk penyakit primer. Sisanya, 10% atau kurang adalah hipertensi yang disebabkan penyakit lain seperti ginjal dan beberapa gangguan kelenjar endokrin tubuh (McMarthy, 2010).

Menurut Masjoer (2001), berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Sedangkan menurut Sianturi (2004), faktor risiko penyebab hipertensi dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang dapat dihindari dan faktor risiko yang tidak dapat dihindari.

Faktor risiko yang dapat dihindari yaitu: obesitas (kegemukan), konsumsi garam berlebihan, merokok dan minum kopi, alkohol, stress dan ketegangan jiwa dan kurang olahraga, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dihindari yaitu: faktor genetik, umur, jenis dan ras atau suku bangsa.

Merokok dan minum kopi merupakan kebiasaan di masyarakat pedesaan yang menjadi rutin pada pagi dan setelah makan (Ngateni, 2010). Menurut Sianturi (2004) rokok mengandung nikotin yang menyebabkan ketagihan sehingga akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi jantung.

Merokok juga diketahui memberi efek perubahan metabolik berupa pelepasan hormon pertumbuhan, serta meningkatkan asam lemak bebas, gliserol dan laktat, menyebabkan penurunan HDL (High Density Lipid) kolesterol, meningkatkan LDL (Low Density Lipid) kolesterol dan trigliserida, juga berperan sebagai penyebab peningkatan resistensi insulin yang dapat menyebabkan hiperinsulinemia sehingga berdampak buruk pada jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi serta peningkatan resiko penyakit jantung koroner ataupun kematian otot jantung .

Menurut Roesma (dalam Sianturi, 2004) menyatakan bahwa asap rokok diketahui mengandung tidak kurang dari 4.000 jenis bahan kimia yang merugikan kesehatan baik bagi perokok aktif maupun pasif, dimana jika seseorang yang menghisap rokok, denyut jantungnya akan meningkat sampai 30% setelah 10 menit, tekanan sistolik naik 10% dan diastoliknya naik 7%.

Secara kronis, pengaruhnya belum diketahui dengan jelas tetapi dari penelitian epidemiologi diketahui bahwa kalangan perokok menderita komplikasi kardiovaskuler 2-3 kali lebih sering bila dibandingkan dengan yang bukan perokok.

Selain rokok, kopi juga berakibat buruk bagi penderita hipertensi. Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Pemberian kafein 150 mg atau 2-3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah 5-15 mmHg dalam waktu 15 menit.

Peningkatan tekanan darah ini bertahan sampai 2 jam, diduga kafein mempunyai efek langsung pada medula adrenal untuk mengeluarkan epinefrin. Konsumsi kopi menyebabkan curah jantung meningkat dan terjadi peningkatan sistole yang lebih besar dari tekanan diastole (Sianturi, 2004).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ngateni (2010), didapatkan hasil penelitian bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah kebiasaan minum kopi (p=0,016) dengan Odd Rasio (OR)=3,35, kebiasaan merokok (p=0,0178) dengan Odd Rasio (OR)=3,18 dan stress (p=0,026) dengan Odd Rasio (OR)=3,13.

Maka perlu dipertimbangkan untuk mengkonsumsi rokok dan minum kopi yang berlebih, ada baiknya berhenti merokok dan mengkonsumsi kopi yang tidak berlebihan apalagi yang mempunyai risiko tekanan darah tinggi.

BERHENTI MEROKOK MEMULIHKAN KESEHATAN

Tubuh mempunyai kemampuan luar biasa untuk memperbaiki diri. Pada akhir tahun pertama kita tidak merokok maka risiko untuk mendapat serangan jantung berkurang 50%.

Lima tahun setelah itu risikonya sama dengan orang yang tidak pernah merokok. Tidak hanya itu, 10 -15 tahun kemudian risiko kita untuk mendapatkan kanker paru-paru atau kanker lainnya kira-kira sama dengan orang yang tidak pernah merokok.

Dengan berhenti merokok tekanan darah sebenarnya hanya akan turun beberapa poin saja. Namun berhenti merokok tetaplah penting bagi kesehatan. Alasannya sebagai berikut.


1. Merokok mempengaruhi kerja beberapa obat penurun tekanan darah. Obat bisa tidak bekerja dengan optimal atau tidak memberi efek sama sekali. Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat.

2. Mempunyai hipertensi meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung dan stroke karena penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan jantung, sistem peredaran darah dan otak. Seperti halnya hipertensi, merokok juga merusak arteri dan memberi risiko terhadap jantung dan pembuluh darah. Karena itu jika kita penderita hipertensi yang juga perokok maka kemungkinan untuk mendapatkan serangan jantung, gagal jantung atau stroke menjadi jauh lebih besar.

BAHAYA ROKOK

Menurut hasil penelitian oleh King's College London, merokok bisa ''membusukkan'' otak dengan merusak memori, kemampuan belajar dan daya nalar. Subjek penelitian dilakukan terhadap 8.800 orang dengan rentan usia berkisar 50 tahun keatas yang mengalami tekanan darah tinggi dan kelebihan berat badan. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa rokok juga mempengaruhi otak, meskipun dalam tingkat yang lebih rendah.

Bahaya rokok terhadap otak juga dikuatkan pendapat Komunitas Alzheimer yang mengatakan: ''Kami semua tahu, merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan kelebihan berat badan adalah buruk untuk jantung. Penelitian ini menambah bukti bahwa mereka juga berpengaruh buruk untuk otak kita juga.''

Tidak hanya itu saja, menurut penelitian yang yang dipublikasikan oleh American Journal of Public Health, menunjukan hasil yang cukup mencengangkan.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat 42.000 perokok pasif yang meninggal setiap tahunnya, dari korban tersebut 900 diantaranya dalah bayi. Tidak berhenti sampai disitu, ada kemungkinan 600.000 orang lainya berpotensi meninggal. Kerugian materi pun meningkat sekitar 6,6 miliar USD akibat berkurangnya produktifitas SDM yang merokok.

Survey yang dilakukan oleh lembaga Gallup menunjukan bahwa para perokok aktif dan non-perokok (perokok pasif) sepertinya tidak menyadari bahay rokok tersebut.

Agar mendapatkan hasil yang akurat para peneliti tersebut memeriksa penanda toksin dari rokok dalam tubuh, yang disebut Cotinine. Para peneliti tersebut mengukur kadar cotinine dalam darah orang yang meninggal akibat rokok dan mendapati bahwa penyebab kematian paling tinggi lebih diakibatkan oleh dampak rokok terhadap paru-paru dibandingkan pada jantung.

Zat-zat Berbahaya pada Rokok
Hal yang harus benar benar dipahami yaitu ROKOK mengandungkurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan bahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,nikotin,dan karbon monoksida.

Tar adalah hirokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen,dan mampu memicu terjadinya kangker paru-paru.

Top Ad 728x90