,

Tanda dan Gejala Alergi Susu Sapi Pada Bayi dan Anak (Komplikasi)

Kesulitan makan dan berat badan sulit naik terutama setelah usia 4 – 6 bulan. Daya tahan tubuh menurun, mudah sakit panas (demam), batuk, pilek (infeksi berulang) dengan 1-2 kali setiap bulan. Sebaiknya tidak terlalu mudah minum antibiotika. Penyebab infeksi berulang pada umumnya adalah virus yang sebenarnya tidak perlu antibiotika.

Karena sering sakit, berakibat Tonsilitis kronis (amandel membesar) hindari operasi amandel yang tidak perlu. Waspadai dan hindari efek samping dari pemakaian obat terlalu sering.
   
Mudah mengalami infeksi saluran kencing. Kulit di sekitar kelamin sering kemerahan

Sering terjadi overdiagnosis TBC (minum obat jangka panjang padahal belum tentu menderita TBC/Flek). Karena gejala alergi mirip penyakit TBC. Batuk lama bukan gejala TBC pada anak bila diagnosis TBC meragukan sebaiknya dilakukan konsultasi dengan dokter lainnya (second opinion).

Makan berlebihan, Kegemukan (obesitas)

Infeksi Jamur (Hipersensitif Candidiasis) pada lidah, selangkangan, di leher, perut atau dada, keputihan.

Sering Dianggap Biasa

Tanda dan gejala yang dikaitkan dengan alergi pada bayi dan anak tersebut, seringkali memang dialami oleh banyak anak (sekitar 30% lebih). Karena banyaknya kasus tersebut maka gejala tersebut sering dianggap biasa, baik oleh kalangan masyarakat dan bahkan oleh sebagian kalangan klinisi atau dokter.

Bila orangtua hanya mempunyai satu anak mungkin tidak menyadari, tetapi bila mempunyai anak 2 atau lebih maka akan dapat membedakan sebenarnya tanda dan gejala yang dianggap biasa tersebut sebenarnya tidak terjadi pada sebagian anak lainnya.

Hanya saja ketika hal tersebut dianggap biasa karena selama ini tidak ada yang bisa menjelaskan kenapa hal itu terjadi. Demikian pula terjadi kontroversi di kalangan medis, semua gejala tersebut saat dikonsultasikan ke dokter sering dianggap biasa. 


Mungkin secara teknis hal ini sulit dijelaskan kepada pasien karena selama ini gangguan-gangguan tersebut secara medis penyebabnya belum terungkap jelas.

Gejala tersebut akan berkurang seiring dengan usia. Bila dikaitkan dengan manifestasi alergi, hal ini memang berkaitan dengan bertambahnya usia imaturitas atau ketidakmatangan saluran cerna akan semakin membaik sehingga gangguan-gangguan tersebut akan semakin berkurang.

Tetapi ternyata sebagian besar yang diaggap biasa tersebut mempunyai aspek yang sangat luas. Bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan banyak komplikasi seperti anak sering sakit, gangguan perilaku dan gangguan lain yang cukup mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak gangguan dapat disebabkan karena alergi makanan. Penulis juga banyak mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap tanda dan gejala tersebut. Ternyata setelah dilakukan eliminasi makanan tertentu maka gejala tersebut dapat hilang atau berkurang. Atau, bila gejala tersebut timbul selalu terjadi menifestasi alergi lainnya.

Misalnya, bila terjadi kolik seringkali disertai gangguan kulit, hidung buntu, napas grok-grok dan gangguan saluran cerna lainnya. Bila dilakukan anamnesa dengan cermat terjadi pola perubahan makanan baik diet ibu saat pemberian ASI atau makanan yang dikonsumsi langsung oleh bayi.

Demikian juga dengan gangguan bentol merah seperti digigit nyamuk atau serangga, biasanya disertai gangguan tidur malam, gangguan saluarn cerna ringan, hidung buntu malam, perilaku emosi dan agresif meningkat dan sering ditemukan pola diet makanan alergi yang dikonsumsi.

Sehingga orangtua harus bijak dalam menyikapinya. Memang tampaknya alergi makanan tidak berbahaya dan tidak terlalu mengkhawatirkan. Tetapi bila dicermati lebih jauh dalam jangka panjang maka hal yang dianggap biasa tersebut sangat mengganggu dan harus lebih diwaspadai.

susuanakku.com

Top Ad 728x90